Pangkal Lidah itu adalah Hati
Assalammualaikum..
Lidah adalah salah satu kenikmatan yang besar yang dianugerahkan Allah kepada hambaNya, padanya terdapat kebaikan
yang banyak dan kemanfaatan yang luas bagi siapa yang menjaganya dengan
baik dan mempergunakannya sebagaimana diharapkan syari’at. Dan padanya
pula terdapat kejelekan yang banyak dan bahaya yang besar bagi siapa
yang meremehkannya (membiarkannya) lalu digunakannya pada jalan atau
tempat yang tidak semestinya.
Padahal Allah Ta’ala menciptakan lisan (lidah) itu agar digunakan untuk dzikrullah (menyebut Asma
Allah), membaca Al Quran, menasehati manusia dan mengajak mereka kepada
jalan Allah dan ketaatan serta memperkenalkan kepada mereka tentang
kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah SWT.Maka jika si hamba
mempergunakan lidahnya untuk tujuan tersebut, maka dia tergolong orang
yang bersyukur kepada Allah atas nikmat lidah itu sendiri. Tapi jika
sebaliknya, digunakan bukan pada jalan kebenaran seperti disebutkan di
atas, maka dia adalah orang yang berbuat dholim lagi melampaui batas.
Kemudian ketahuilah, bahwa perkara lidah ini
adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan, sebab dia adalah
anggota tubuh yang dominan dalam dhohir manusia dan paling kuat dalam
menyeret seorang hamba dalam kebinasaan, ini semua jika tidak dijaga dan
dipaksa dengan tuntunan syari’at.Maka Rasulullah SAW sudah menasehati
kita agar menjaga lidah dengan baik, minimal
dengan jalan tidak banyak berbicara, selagi tidak bermanfaat atau tidak
mengandung kebaikan, beliau SAW bersabda (yang artinya):
“Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka berkatalah yang baik, atau (jika tidak), diamlah “. (HR. Bukhori dan Muslim)Rasulullah
SAW bersabda (yang artinya):”Semoga Allah merahmati seseorang yang
berbicara kebaikan maka dia beruntung, atau diam dari kejelekan maka dia
selamat “.Dan banyak riwayat yang sampai kepada kita tentang bahaya
lidah ini, diantaranya, hadits Rasulullah saw (yang artinya):”Dan
tidakkah nanti seseorang akan diseret ke neraka dengan wajah-wajah
mereka (di tanah), terkecuali itu karena ulah lidah-lidah mereka”. (HR.
At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim).
Dalam hadits yang lain disebutkan (yang artinya):”Setiap pembicaraan
anak adam adalah (saksi yang) memberatkannya, bukan untuk kebaikannya,
kecuali Dzikrullah, Amr Ma’ruf dan Nahi Munkar “.Rasulullah SAW bersabda
pula (yang maknanya):
“Sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat, dimana ketika mengucapkannya dia tidak perduli (dengan cuek), tapi berkat satu kalimat itu justru dia terjun ke neraka lebih jauh daripada jarak bintang
Tsurayya “.Maka lidah ibarat pedang yang tajam, jika tidak dijaga
dengan baik akan membinasakan orangnya, ibarat binatang buas, jika si
hamba lengah sedikit maka dia akan menyambar dan mencabiknya dan lidah
ibarat juru bicara hati, yang ada disana dilontarkan olehnya, yang
terpendam disana ditampakkan olehnya. Maka orang yang sholeh akan
diketahui dari cara bicaranya atau pembicaraan yang disampaikannya
demikian pula orang jelek akhlaknya dan kaku perangainya dapat diketahui
dari apa yang keluar dari lidahnya.Hal mana seperti dikatakan oleh imam
Hasan Al Bashri:”Sesungguhnya lidah orang mukmin berada dibelakang
hatinya, apabila ingin berbicara tentang sesuatu maka dia merenungkan
dengan hatinya terlebih dahulu, kemudian lidahnya menunaikannya.
Sedangkan lidah orang munafik berada di depan hatinya, apabila
menginginkan sesuatu maka dia mengutamakan lidahnya daripada memikirkan
dulu dengan hatinya “.
Ketajaman lidah mengalahkan ketajaman pedang yang mampu membelah besi
dan daya penghancur (rusak)nya sangat kuat mengalahkan cuka dalam
merusak madu yang manis, seperti diriwayatkan Ibnu Abi Dunya, Rasulullah
saw bersabda:”Tidak ada satupun jasad manusia, kecuali pasti kelak akan
mengadukan lidah kepada Allah atas ketajamannya”.
Beliau saw bersabda pula :”Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada
pada lidahnya” (HR. Ath Thabarani, Ibnu Abi Dunya dan Al
Baihaqi)Keutamaan menjaga lidahAl Imam Al Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin
berkata: “Ketahuilah bahwa lidah bahayanya sangat besar, sedikit orang
yang selamat darinya, kecuali dengan banyak diam
“. Oleh sebab itu, Pembuat syari’at memuji dan menganjurkan diam, Nabi
Muhammad SAW bersabda (yang artinya):”Barang siapa yang diam, pasti dia
selamat ” (HR. At Tirmidzi)
Luqman Al Hakim berkata: “Diam itu adalah kebijaksanaan, namun sedikit sekali orang yang melakukannya”.
Abdullah bin Sufyan meriwayatkan
dari ayahnya, dia berkata:”Aku berkata kepada Rasulullah SAW, wahai
Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang islam, dengan suatu perkara
yang aku tidak akan bertanya lagi kepada orang lain sesudahmu.”. Nabi
saw bersabda: “Katakanlah, aku beriman, kemudian istiqamahlah”. Dia
berkata: “Lalu apakah yang harus aku jaga?”, kemudian Rasulullah saw
mengisyaratkan dengan tangan beliau ke lidah beliau. (HR. At Tirmidzi,
An Nasa’I dan Ibnu Majah).
Uqbah bin ‘Amir bertanya kepada Rasulullah SAW:”Wahai Rasulullah, apakah
jalan keselamatan?”, Nabi menjawab: “Tahanlah lidahmu, tinggallah di
rumahmu (jangan banyak keluar) dan tangisilah kesalahanmu”. (HR. At
Tirmidzi)Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah Saw: “Wahai
Rasulullah perbuatan apakah yang paling utama?”, kemudian Rasulullah
menjulurkan lidah beliau yang mulia lalu meletakkan jemarinya diatasnya
dengan mengisyaratkan agar menjaganya.Sahl bin Sa’ad meriwayatkan hadits
dari Rasulullah saw, dimana beliau bersabda (yang artinya):”Siapa yang
menjamin untukku (agar menjaga) apa yang ada diantara dua janggutnya
(lidah) dan yang ada diantara dua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin
untuknya surga ” (HR. Bukhori)Rasulullah Saw bersabda (yang
artinya):”Siapa yang menahan lidahnya pasti Allah menutupi auratnya,
siapa yang dapat menahan amarahnya pasti Allah melindunginya dari
siksaNya, dan siapa meminta ampun kepada Allah, Dia pasti menerima
permohonan ampunannya ” (HR. Ibnu Abi Dunya).Beliau saw bersabda
pula:”Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena dengan demikian
kamu dapat mengalahkan syaitan ” (HR. Ath Thabarani dan Ibnu
Hibban)Keutamaan diam
Cara menyelamatkan diri dari bahaya lidah adalah diam, kecuali dari hal
yang baik dan mengundang kebaikan. Para salaf pendahulu kita lebih
banyak diam daripada berbicara. Sebab dengan diam akan mengurangi dosa
dan bahaya yang timbul akibat lidah. Tetapi jika hak-hak Allah
dilecehkan, syariat dihina dan Rasulullah direndahkan, maka mereka tidak
akan tinggal diam. Mereka akan berbicara dengan lantang dan pasti
sekalipun di depan pemimpin yang kejam, sekalipun nyawa adalah
taruhannya. Jadi berbicara itu baik jika ditempatkan pada posisinya dan
diam itu baik jika ditempatkan pada tempatnya pula. Dan jika dibalik
maka rusaklah tatanan Amr Ma’ruf Nahi Munkar.
Bagaimana Imam Syafi’I tidak diam diri, manakala melihat sulthon berbuat
ketidakadilan, dengan tegas beliau berbicara, menasehati si pemimpin
itu. Tetapi jika ditanyakan sesuatu yang sekiranya tidak perlu jawaban,
maka beliau diam, tidak menjawab. Lihatlah bagaimana beliau memposisikan
sesuatu pada tempat dan waktu yang layak dan tepat.Sebagian Ulama
berkata: “Diam menghimpun beberapa keutamaan, diantaranya keselamatan
agama, kewibawaan, konsentrasi untuk berfikir, berdzikir dan beribadah.
Dan dalam diam juga terkandung keselamatan dari berbagai tanggung jawab
perkataan di dunia dan hisabnya di akhirat”, Allah SWT berfirman (yang
artinya):”Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir (Raqib ‘Atid) ” (QS. Qaaf
18)Bahkan diam mendatangkan ibadah yang berpahala, jika diam itu
didasarkan karena khawatir berbicara sesuatu yang haram, demi mengharap
ridho Allah. Rasulullah saw bersabda (yang artinya):”Maukah kalian aku
beritahukan tentang ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi
badan? Diam dan akhlak yang baik ” (HR. Ibnu Abi Dunya).Jika anda
bertanya, apa sebabnya diam memiliki keutamaan sedemikian besar? Maka
ketahuilah bahwa sebabnya karena terlalu banyak penyakit lidah, seperti
ghibah, berdusta, mengadu domba, berkata keji, riya’, terlibat dalam
kebathilan, bertengkar, marah, menyingkap aurat orang dan lainnya. Oleh
karena banyak penyakit dan dosa yang timbul karena lidah, maka yang
terbaik adalah banyak diam. Kemampuan menahan lidah adalah jalan
keselamatan, oleh sebab itu keutamaan diam sangatlah besar. Wallahu
A’lam.
Disarikan dari kitab Ihya’ Ulumiddin karya Imam Al Ghazali dan An
Nashoihud Diniyyah karya Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad.
Sumber:http://pondokhabib.wordpress.com/2009/03/03/habib-muhsin-al-hamid-bahaya-lidah-dan-keutamaan-diam/
Comments
Post a Comment